Bandung — Empat orang anggota organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) ditangkap Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polrestabes Bandung setelah diduga melakukan pengeroyokan terhadap seorang pria berinisial MF. Peristiwa ini terjadi pada Sabtu malam, 5 Juli 2025, di kawasan Jalan K.H. Mustofa, Kota Bandung, dan menyita perhatian publik karena dilakukan secara terbuka di ruang publik.
Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Budi Sartono, mengungkapkan bahwa insiden pengeroyokan berawal dari iring-iringan konvoi motor oleh para tersangka. Konvoi tersebut berlangsung setelah mereka mengikuti kegiatan kenaikan tingkat PSHT di GOR Saparua. Sekitar pukul 23.30 WIB, rombongan melintasi kawasan Jalan K.H. Mustofa dan terjadi konfrontasi antara rombongan dengan MF, yang saat itu menegur mereka karena dianggap berkendara secara ugal-ugalan.
Menurut hasil penyelidikan sementara, MF sempat melontarkan teguran keras, yang kemudian memicu emosi para pelaku. Dalam pembelaannya, keempat tersangka—berinisial AE, JP, MIH, dan FAF—mengaku bahwa MF justru lebih dulu melempar botol ke arah mereka. Tindakan itu disebut menjadi pemicu pengeroyokan yang kemudian terjadi secara spontan.
“Korban menegur kelompok tersebut karena ugal-ugalan. Namun menurut versi para tersangka, korban melempar botol terlebih dahulu. Keempat tersangka memiliki peran berbeda dalam pengeroyokan—ada yang memukul, menendang, dan mendorong,” jelas Kombes Pol Budi dalam konferensi pers di Mapolrestabes Bandung.
Keempat tersangka diketahui bukan warga Kota Bandung, melainkan berasal dari daerah luar kota. Polisi menegaskan bahwa keberadaan massa besar yang tidak terkendali dari luar wilayah menjadi perhatian serius dalam konteks keamanan kota. Terlebih lagi, pengeroyokan terjadi di ruang publik dan berpotensi menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, para pelaku dijerat dengan Pasal 170 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang tindak pidana pengeroyokan. Ancaman hukuman maksimal dari pasal tersebut mencapai 5 tahun 6 bulan penjara. Pihak kepolisian juga telah mengamankan sejumlah barang bukti dan saat ini tengah melengkapi berkas perkara guna proses hukum lebih lanjut.
Kapolrestabes Bandung menegaskan bahwa jajarannya tidak akan mentolerir segala bentuk tindakan anarkis di wilayah hukumnya. Ia menekankan pentingnya menjaga ketertiban umum, terutama dalam konteks kegiatan massa atau konvoi, yang jika tidak dikendalikan berpotensi menimbulkan gesekan dan kekerasan.
“Saya mengimbau tidak boleh lagi ada konvoi-konvoi beriringan, apalagi sampai memprovokasi atau menganiaya. Kami tegaskan, ini wilayah Kota Bandung dan harus dihormati oleh siapa pun, terlebih jika pelaku berasal dari luar daerah,” tegas Budi.
Kepolisian juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak segan melaporkan segala bentuk perilaku mencurigakan atau tindak kekerasan di lingkungannya. Pihaknya akan terus meningkatkan patroli dan pengawasan untuk memastikan ketertiban di Kota Bandung tetap terjaga. (*)