Garut, Jawa Barat – Tragedi memilukan dan tak terbayangkan terjadi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Seorang anak perempuan berusia 5 tahun diduga menjadi korban kekerasan seksual berantai yang dilakukan oleh tiga orang pria dari keluarganya sendiri: ayah kandung, kakek, dan paman.
Kejaksaan Negeri Garut, Selasa (3/6/2025), secara resmi menerima pelimpahan berkas perkara, tiga orang tersangka, dan barang bukti dari penyidik Polres Garut. Ketiga tersangka saat ini telah ditahan di Rutan Garut untuk kepentingan penuntutan dan persidangan.
Ketiga pelaku masing-masing merupakan ayah kandung, kakek, dan paman dari korban. Ketiganya dijerat dengan pasal berlapis tentang perlindungan anak dan kekerasan seksual. Aparat penegak hukum (APH) memastikan bahwa berkas perkara telah lengkap (P-21) dan akan segera dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Garut untuk proses persidangan.
Tragedi ini pertama kali terungkap pada awal April 2025, setelah seorang warga mencurigai adanya pendarahan dari celana dalam korban. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ditemukan fakta mengerikan yang mengguncang publik: bocah malang itu diduga telah menjadi korban pemerkosaan berulang oleh tiga anggota keluarganya sendiri.
Barang bukti yang diserahkan bersama berkas perkara antara lain pakaian korban berupa baju, celana, dan pakaian dalam yang menjadi bagian dari pemeriksaan forensik. Seluruh proses penyidikan telah dilakukan secara hati-hati oleh aparat kepolisian dan selanjutnya dilanjutkan oleh pihak kejaksaan untuk penyusunan dakwaan.
Kasus ini tidak hanya menyentak rasa kemanusiaan, tetapi juga membuka kembali borok perlindungan anak di lingkungan keluarga. Tak ada tempat yang lebih aman bagi anak selain rumah, namun ketika rumah menjadi arena pemangsaan, maka negara tak boleh tinggal diam.
Pelaku dijerat dengan berbagai pasal, termasuk Pasal 76D jo Pasal 81 dan Pasal 76E jo Pasal 82 Undang-Undang Perlindungan Anak, serta UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, dan pasal-pasal dalam KUHP. Ancaman hukuman maksimal hingga seumur hidup bahkan hukuman mati dapat dikenakan, tergantung pembuktian dan pertimbangan hakim.
Publik Garut dan nasional menyoroti kasus ini dengan sorotan tajam. Banyak yang mendesak agar aparat penegak hukum tidak memberi ruang untuk penyelesaian damai atau upaya perlindungan terhadap pelaku. Desakan agar hukuman maksimal dijatuhkan terus mengalir di media sosial dan forum-forum masyarakat sipil.
Kekerasan seksual terhadap anak, terlebih dilakukan oleh keluarga terdekat, adalah bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan paling mendasar. Kasus di Garut ini harus menjadi pengingat keras bagi semua pihak bahwa kejahatan seksual, apalagi terhadap anak, tidak bisa dinegosiasi.
APH diminta untuk bekerja secara profesional, transparan, dan tanpa kompromi dalam kasus ini. Proses hukum yang tegas dan menyeluruh adalah bentuk minimal dari keadilan yang harus diberikan kepada korban. Proses persidangan mendatang akan menjadi ujian moral bagi seluruh sistem peradilan di negeri ini.
(Redaksi)