“Pena kami tajam karena kebenaran tak bisa dibungkam”.
Oleh: Redaksi Baranewsjabar
BANDUNG,Baranewsjabar.com– Hari Pers Internasional bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah momen refleksi sekaligus perlawanan, di mana setiap insan pers di seluruh dunia merefleksikan perjuangannya dalam menyampaikan kebenaran di tengah tekanan kekuasaan, kekerasan, dan berbagai bentuk pembungkaman.
Dalam banyak kasus, kebebasan pers masih menjadi barang mewah. Para jurnalis yang semestinya menjadi pilar keempat demokrasi justru kerap mendapat perlakuan tidak adil—bukan hanya di negara otoriter, tetapi juga di negara yang mengaku demokratis. Tekanan dari penguasa, kriminalisasi, bahkan kekerasan fisik dan psikologis menjadi ‘makanan sehari-hari’ bagi sebagian besar wartawan di lapangan.
Kondisi lebih tragis terjadi di wilayah konflik, seperti di Palestina. Di sana, tentara Zionis Israel tak segan menembaki jurnalis, menghancurkan peralatan media, hingga menghabisi nyawa mereka yang bersenjatakan pena dan kamera. Ini bukan hanya serangan terhadap individu, tapi juga serangan terhadap kebenaran.
Pers dan Kekuasaan: Siapa Takut Jujur?
Jika para pemangku kekuasaan berani jujur dan transparan, tentu tak perlu takut terhadap berita yang disampaikan wartawan. Sebab, pada dasarnya, jurnalis yang memegang teguh etika jurnalistik tidak punya kepentingan selain menyampaikan fakta kepada publik. Namun yang sering terjadi justru sebaliknya: kekuasaan merasa terancam oleh kejujuran.
Pentingnya Kebebasan Pers
Kebebasan pers adalah fondasi utama demokrasi. Tanpa pers yang bebas, rakyat buta informasi dan tak punya kendali atas jalannya pemerintahan. Maka, membungkam pers berarti membunuh demokrasi secara perlahan.
Etika dan Profesionalisme
Di sisi lain, insan pers juga harus senantiasa menjaga integritas. Objektivitas, akurasi, dan transparansi adalah roh dalam setiap karya jurnalistik. Tanpa itu, media hanya akan menjadi corong propaganda atau alat adu domba.
Perjuangan yang Belum Usai
Hari Pers Internasional tahun ini mengingatkan kita bahwa perjuangan insan pers belum usai. Ancaman, intimidasi, dan disinformasi masih menjadi tantangan besar. Di sinilah solidaritas menjadi penting. Sesama jurnalis harus saling menguatkan, sementara masyarakat luas perlu menyadari bahwa suara pers adalah suara mereka juga.
Melalui artikel, media sosial, diskusi publik, hingga kampanye kesadaran, pesan penting ini harus terus digaungkan: kebebasan pers adalah hak setiap bangsa, dan pena tidak akan pernah bisa dibungkam.(Red)